Selasa, 17 April 2012

Prolog...

Malam. Aku tak tahu apa yang aku tulis saat ini. Tulisan ini hanyalah sebuah media pemuasku ketika aku ingin menorehkan hasratku. Hasrat yang tiba-tiba muncul, dan tiba-tiba menghilang. Terkadang aku sangat membenci menulis, namun di saat-saat tertentu nafsuku untuk menulis muncul kembali. Onani otak, mereka bilang. Memang memuaskan ketika kita dapat memindahkan apa yang ada dalam pikiran kita pada selembar kertas yang tak berharga. Namun berbeda ketika kertas itu penuh dengan guratan-guratan emas kita. Berharga karena di dalamnya berisi kalimat-kalimat retorika. Indah untuk dibaca. Menenangkan untuk dipahami.
Ketika arus pikiran mulai menyengat hasrat, ketika sebuah pena mulai menggores permukaan kertas dan ketika naluri berimajinasi sudah tak terkendali, semua itu akan terjadi dengan sendirinya. Menikmati setiap imajinasi, merasakan setiap kata dan memahami setiap kalimat akan terasa indah. Membiarkan nafsu menggeliat dalam otak kita. Memproduksi imajinasi-imajinasi liar. Bebas.
Malam. Mungkin ini menunjukkan arti kebebasan padaku. Bebas bukan berarti tidak memperdulikan lainnya. Bukan berarti pula lepas dari segalanya. Namun, bebas dalam artian memuaskan hasrat beronani kita. Onani otak, mereka bilang. Menuangkan segala ide, kreativitas, imajinasi, dan khayalan kita. Membebaskan hingga kita puas. Ya, puas.
Hingga pada akhirnya, kepuasan itu tidak sia-sia. Kepuasan itu membuahkan hasil. Susunan huruf menjadi kata. Susunan kata menjadi kalimat. Susunan kalimat menjadi paragraf. Dan susunan paragraf menjadi sebuah narasi. Menikmati setiap rangsangan dalam menulis. Hingga kitapun puas dengan onani kita. Ya, onani otak mereka bilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar