Rabu, 18 April 2012

Belajar nulis (part 3)

           Air mata membasahi pipi Pak Min yang keriput dan kusam. Dipeluknya erat-erat boneka itu seolah-olah tidak ingin kehilangannya. Tatapan matanya kosong jauh menatap bayangan dalam pikirannya. Tak ia hiraukan kerasnya petir malam itu, ia hanya diam menatap kekosongan. Tiba-tiba Pak Min berdiri, pandangannya tertuju pada boneka beruangnya, ia ciumi boneka itu berkali-kali sambil menangis. Sepertinya ia teringat akan seseorang yang dia cintai. Pak Min memang gila, namun ia masih dapat merasakan perasaannya sesekali. Ia tidurkan boneka itu di kursi kayu miliknya, sekali lagi dia mencium boneka itu dalam-dalam.
           Dia tidak berkata, dia berjalan keluar, tak peduli derasnya hujan malam itu. Pelan ia berjalan menuju ke sesuatu tempat. Meskipun langkahnya gontai, ia tetap melangkah pelan. Seluruh tubuhnya basah karena air hujan, namun ia tetap tidak peduli akan dinginnya malam itu, hingga akhirnya sampailah ia di gerbang perumahan mewah. Gerbang itu bertuliskan “Paradise Regency”. Di sisi kiri kanan gerbang terpajang patung bidadari yang membawa kendi air yang terbuat dari batu.  Tepat di sisi kanan terdapat pos satpam berukuran enam meter persegi, namun kosong tak berpenjaga. Sepertinya penjaganya sedang patroli keliling perumahan. Keadaan perumahan itu menggambarkan perumahan elit milik kalangan pejabat.
          Pak Min melanjutkan langkahnya setelah cukup lama berdiri di depan gerbang perumahan itu. Pelan ia melangkah, tak mengeluhpun karena kedinginan. Kemudian ia sampai di depan sebuah rumah mewah ber cat putih, pagar yang menjulang tinggi dengan dihiasi lampu hias di kanan kiri pagar. Putih menyala di tengah derasnya hujan. Sepertinya rumah itu tak berpenghuni. Tak terlihat satu lampu rumah pun yang menyala selain lampu hias di pagar. Diam Pak Min berdiri di depan rumah itu, raut wajahnya memelas seakan teringat akan sesuatu. Lama ia berdiri sampai hujan pun perlahan mulai reda. (bersambung)

4 komentar:

  1. Tak lama ia tersungkur. menenggelamkan muka letihnya di antara dekap tangannya yg keriput. lututnya basah terkena air hujan yg mnetes bersama butiran air mata yg tak sanggup lg ia bendung. hingga seseorang datang. mukanya datar dengan dandanan yang awut2an. lalu tangannya yg berotot mendorong Pak Min hingga menggelinding seperti sebuah bola. dan Pak Min pun meninggal dunia...

    hahahahaha XD
    ^^v

    BalasHapus
  2. ending yang sangat bajingaaaaaaan..kejaaaam >,< (y)

    BalasHapus
  3. maleh iling2 soal ujian bahasa indonesia aku.. :p

    BalasHapus