Air mata membasahi pipi Pak Min yang keriput dan kusam. Dipeluknya
erat-erat boneka itu seolah-olah tidak ingin kehilangannya. Tatapan
matanya kosong jauh menatap bayangan dalam pikirannya. Tak ia hiraukan
kerasnya petir malam itu, ia hanya diam menatap kekosongan. Tiba-tiba
Pak Min berdiri, pandangannya tertuju pada boneka beruangnya, ia ciumi
boneka itu berkali-kali sambil menangis. Sepertinya ia teringat akan
seseorang yang dia cintai. Pak Min memang gila, namun ia masih dapat
merasakan perasaannya sesekali. Ia tidurkan boneka itu di kursi kayu
miliknya, sekali lagi dia mencium boneka itu dalam-dalam.
Dia tidak berkata, dia berjalan keluar, tak peduli derasnya hujan malam
itu. Pelan ia berjalan menuju ke sesuatu tempat. Meskipun langkahnya
gontai, ia tetap melangkah pelan. Seluruh tubuhnya basah karena air
hujan, namun ia tetap tidak peduli akan dinginnya malam itu, hingga
akhirnya sampailah ia di gerbang perumahan mewah. Gerbang itu
bertuliskan “Paradise Regency”. Di sisi kiri kanan gerbang terpajang
patung bidadari yang membawa kendi air yang terbuat dari batu. Tepat di
sisi kanan terdapat pos satpam berukuran enam meter persegi, namun
kosong tak berpenjaga. Sepertinya penjaganya sedang patroli keliling
perumahan. Keadaan perumahan itu menggambarkan perumahan elit milik
kalangan pejabat.
Pak Min melanjutkan langkahnya
setelah cukup lama berdiri di depan gerbang perumahan itu. Pelan ia
melangkah, tak mengeluhpun karena kedinginan. Kemudian ia sampai di
depan sebuah rumah mewah ber cat putih, pagar yang menjulang tinggi
dengan dihiasi lampu hias di kanan kiri pagar. Putih menyala di tengah
derasnya hujan. Sepertinya rumah itu tak berpenghuni. Tak terlihat satu
lampu rumah pun yang menyala selain lampu hias di pagar. Diam Pak Min
berdiri di depan rumah itu, raut wajahnya memelas seakan teringat akan
sesuatu. Lama ia berdiri sampai hujan pun perlahan mulai reda. (bersambung)
Tak lama ia tersungkur. menenggelamkan muka letihnya di antara dekap tangannya yg keriput. lututnya basah terkena air hujan yg mnetes bersama butiran air mata yg tak sanggup lg ia bendung. hingga seseorang datang. mukanya datar dengan dandanan yang awut2an. lalu tangannya yg berotot mendorong Pak Min hingga menggelinding seperti sebuah bola. dan Pak Min pun meninggal dunia...
BalasHapushahahahaha XD
^^v
ending yang sangat bajingaaaaaaan..kejaaaam >,< (y)
BalasHapusmaleh iling2 soal ujian bahasa indonesia aku.. :p
BalasHapushehe..mirip ya? hahaha...
BalasHapus